Dia datang, membuat sejarah, lalu pergi. Begitu saja. Tapi dia tetap meninggalkan sejumlah kontroversi, misteri dan sejumlah pertanyaan. Bahkan hingga ratusan tahun kemudian, saat jasadnya tak lagi berbentuk. Dari mana dia, siapa dia dan di mana makamnya, belum ada titik terang hingga kini. Bahkan wajahnya, sebagaimana yang sering kita lihat di buku-buku sejarah, para ahli juga masih belum yakin.
Mahapatih Gajah Mada, siapa yang tidak pernah mendengar namanya. Sebab pada masa itu Kerajaan Majapahit menjelma menjadi sebuah kerajaan besar, dengan wilayah yang meliputi hampir seluruh Nusantara, termasuk beberapa wilayah di Asia Tenggara.
Juga Gajah Mada terkenal karena sumpahnya. Amukti Palapa. Konon dia tidak akan menikmati Palapa, sebelum cita-citanya terlaksana. Untuk menyatukan seluruh nusantara. Ada dua versi mengenai Palapa ini, ada yang menyatakan bahwa palapa adalah sejenis rempah-rempah. Namun juga, versi lain yang menyatakan bahwa itu hanyalah kiasan bahwa Gajah Mada tidak akan mencicipi segala kenikmatan duniawi sebelum ambisinya terwujud.
Kemudian Gajah Mada diabadikan namanya, meski mungkin dia tidak mengharapka. Namanya menjadi salah satu universitas terbesar di Indonesia. Juga menjadi nama jalan di kota-kota besar seluruh Indonesia. Tetapi tidak di Bandung. Jalan Gajah Mada tidak ditemukan di Bandung, Bogor dan sejumlah kota besar lainnya.
Hal ini berkaitan dengan luka sejarah di masa lampau. Luka yang mungkin masih terasa sampai sekarang.
Konon. Raja Majapahit waktu itu, Hayam Wuruk, tertarik dengan putri Kerajaan Pajajaran dengan Dyah Pitaloka. Maka lamaran pun dikirimkan dan diterima. Yang menjadi persoalan adalah Majapahit bersikeras bahwa bahwa upacara pernikahan harus dilangsungkan di wilayah Majapahit. Tentu saja hal itu ditolak karena sebagaimana tradisi, pernikahan biasanya dilaksanakan di pihak perempuan.
Namun setelah melewati berbagai negosiasi, akhirnya Raja Pajajaran menyetujui. Maka berangkatlah sejumlah besar rombongan calon pengantin ke Majapahit, dipimpin langsung oleh Raja Pajajaran.
Kemudian rombongan memasuki wilayah Majapahit. Di sebuah wilayah bernama Bubat. Rombongan diterima oleh Gajah Mada, yang menyatakan bahwa pernikahan tersebut adalah sebagai tanda pengakuan kekuasaan Pajajaran atas Majapahit. Raja Pajajaran yang menolak, sehingga terjadilah peperangan. Seluruh rombongan Pajajaran terbunuh, termasuk Dyah Pitaloka.
Meski Perang Bubat terjadi di tahun 1357, namun hingga kini Gajah Mada seperti menjadi sebuah mimpi buruk di sana. Namanya tidak ditemukan di jalan-jalan, juga Hayam Wuruk.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
36 comments:
sampai sekarang pun sunda ya sunda jawa ya jawa
mbah koeng = silahkan ...
munir ardi = yang penting bhinneka tunggal ika ...
baru aku tahu ....
salah satu tokoh yg saya sukai adalah Gajah Mada.
gajah mada ga ada ya...adanya gajah minum air (ganesha) hehehe...
hwa, joe muncul kembali... di mana era 80an-nya mas?
jl. gajah mada bisa jd nggak ada di seluruh tatar sunda
Kalo diingat-ingat memang belum pernah ada tuh..:D
dakuh juga sempet denger sih cerita2 tentang ini, tapi tadinya dakuh pikir karena jalan di bandung tuh dikit, pas mau dinamain gajahmada eh semua jalan udah dinamain semua, ternyata bukan ya?!
weeeh.... sik sik... iki joe cah Pacitan mbiyen kae yo? koq blog-e ganti?
gek ngerti aku gan, tapi yang penting emang Bhineka Tunggal Ika, kunjangan balik gan
@Mbak Quinie: Hihihihih
Sama neh baru ngerti, ternyata sejarahnya gitu ya...
ehm malahan nginget UGM nya.. He
setiap jengkal tanah di pasundan saya yakin tak ada nama gajah mada, hayam wuruk, majapahit
lebih banyak nama raja sunda di tatar sunda kayaknya joe... sepeti jalan siliwangi atau jalan pajajaran, rata-rata ada ditiap kota di jabar
baru tau ceritanya mas
woooooooooooo rupanya ada sejarahnya juga
Oalah, itu to penyebabnya mengapa di Bandung dan sekitarnya gak ada Jalan Gajah mada ? Beneran, aku baru tahu nih.
Hai.., halo apa kabar ? Setelah sekian lama menghilang akhirnya nongol lagi...
Ayo blogging lagi...
politik, penaklukan, ternyata bisa membuat luka jangka panjang ya?
pantes aja orang sunda gak mau dibilang jawa....
padahal propinsisnya JAWA Barat...tapi tetep aja kalo mau ke Jogja bilang..mau pulang ke Jawa nih...hehehehehehe...
oh jadi karna gitu toh..
di Bali malah jadi jalan yang padet banget
wew ternyata ada kisahnya juga, malah ga tau aku heheh
Hmmm...sampai segitunya ya mas orang pajajaran (saya juga orang pajajaran)
kyaine = yang dekade80 itu dulu cuma blog eksperimen mas, sekarang aku serius dengan yang ini, mulai dari nol lagi..
catatankecilku = kabar baik mbak.... sekarang siap ngeblog lagi kok
kang sugeng = iyo kang, sekarang ganti anyar, biar gak bosen saja he he...
kunjungan balik bos...thanks telah mampir...
sama-sama bro...
bahkan antara UGM n ITB juga kurang match dh kynya
dijakarta ada nama jalan gajah mada dan hayam wuruk..
All men dream, but not equally. Those who fancy by edge of night in the dusty recesses of their minds, wake in the day to learn that it was conceitedness: but the dreamers of the day are dangerous men, because they may dissimulation on their dreams with exposed eyes, to make them possible.
emangnya di pacitan ada mas?
saya sangat menyukai sekali gaya tulisan dari artikel Gajah Mada diatas, menarik. salam kenal sob!
Gajah MAda= Manusia Licik
Nanti deh saya bikin Gang namanya Gang Gajah Bengkak dan Gang Ayan Wuruk :D
di bogor dan tasik ada, jl gajahmada kayak nya.
Di Tasik ngga ada ( karena merupakan wilayah kerajaan Galuh yg diceritakan Rajanya terlibat langsung dalam peristiwa Bubat), di Bogor apalagi dekat Pakuan pusat Kerajaan Pajajaran pastinya ngga akan ada. (Pajajaran artinya berjajar, Kerajaan Pajajaran itu terdiri dari beberapa kerajaan yang ber aliansi)
Post a Comment
Pembaca dapat memberikan komentar yang terkait dengan artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan penulis blog dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator. Komentar yang berisi promosi atau tautan yang mengarah ke situs pornografi, perjudian atau pelanggaran lain akan dihapus.